hanyainsani.com

MELANGKAH 3 KAKI


                Bulan Februari menuju September, tak terasa enam bulan sudah terlewati. Tepat tanggal 28 Februari 2021 statusku berubah menjadi seorang istri. Laki-laki sederhana dengan semangat belajar serta hobi koleksi buku lawas nya yang bagiku selalu nyentrik, namun keren di saat bersamaan. Dialah yang menjadi pilihanku, kawan seperjuangan seumur hidup. Hari bergulir, hingga tak terasa sampai enam bulan kemudian. Tanggal dan hari yang sama dengan waktu pernikahan dirayakan dengan liburan sejenak. Menempuh perjalanan kurang lebih 70km menuju utara pulau Jawa. Hanya sebentar, cukup sehari semalam saja. Karena senin sudah menunggu dengan berbagai rutinitas kerja dan tugas.

                September tiba, September ceria. Sepertinya bagiku juga, mulai bulan ini ada amanah baru yang perlu diseriusi. Tawaran pekerjaan datang begitu saja,  meski tentunya sudah ada tanda sebelumnya. Aku ingat saat bulan Februari awal bekerja di kota budaya. Harus menjalani hubungan jarak jauh, dan menunggu akhir pekan untuk bertemu. Sayangnya memang tak bisa lama bekerja disana, karena terpaksa undur diri dan seterusnya ikut suami. Musibah yang terjadi, akhirnya berubah hikmah yang disyukuri.

                Pindah Haluan dari kota Budaya menuju sebelah kota spirit of Java. Memulai Kembali usaha yang setahun lebih ditinggalkan, karena bekerja. Naik turun dijalani berdua, dari resto makan di tempat kemudian menjelma menjadi dapur hantu. Kondisi pandemi dengan ketetapan PPKM yang juga lebih banyak diperpanjang. Tentunya berimbas pula dengan usaha, dibandingkan untuk, balik modal saja sangat bersyukur. Tak jarang, banyak bahan yang terpaksa harus dibuang karena sudah tidak layak dijual. Di sisi lain, terus memutar keuangan pribadi untuk menambal kebutuhan dan kekurangan usaha di sana-sini. Meski serba terbatas, dan secukupnya (pas-pasan), kami terus berusaha belajar dan memperbaiki resto yang kami jalankan. Saat ini memang belum mendatangkan banyak keuntungan, namun  kami berharap suatu hari nanti usaha ini akan lebih baik, menjadi lahan berkah untuk keluarga kami dan juga banyak orang.

                Sembari menjalankan usaha berdua, suami masih setia menjadi pekerja lepas di satu perusahaan swasta berfokus pendidikan berbasis teknologi dan sosial, yang saat ini dalam tahap rintisan (start up). Dengan penghasilannya tersebut, sudah cukup menopang kebutuhan keluarga, meski usaha tak seberapa. Tidak berselang lama, kesempatan datang dari tempat suami bekerja. Tanpa berpikir panjang, aku mencoba mendaftar dan melakukan seleksi kerja. Berbekal pengalaman dan keyakinan, alhamdulillah aku pun diterima menjadi bagian penjualan di perusahaan tersebut.

                Dimulai bulan Mei hingga Agustus aku melangkah di ranah usaha kuliner dan bekerjas, begitu juga suami. Langkahnya sudah tiga babak mendahuluiku, dengan bekerja sebagai pembuat soal sejarah sekaligus validator, membantu mengelola usaha restoku, juga berjualan buku langka/lawas. Tak lama, aku pun mengikuti jejak suamiku. Di bulan Agustus, seorang kawan tempatku bekerja di Jogja dulu mengajakku untuk bergabung di bagian penjualan perusahaannya sekarang. Penawaran itu tentu aku ambil juga. Mulai bulan September ini, gerakku bertambah, kata suamiku “melangkan tiga kaki”. Meskipun kami sadar nantinya cukup melelahkan karena membagi waktu ke tiga hal yang berbeda. Namun, kami berdua sama-sama menjalani dan menikmatinya dengan senang hati. Apalagi pekerjaan kami tidak menuntut/mengharuskan untuk berangkat ke kantor setiap hari. Tidak perlu menempuh perjalanan atau berpakaian rapi. Bila dibandingkan banyak orang di luar sana yang merasakan imbas/dampak pandemi. Kami sungguh bersyukur menjadi bagian dari orang-orang yang dicukupkan rezeki dan kebutuhannya. Bekerja menjadi kegiatan ibadah yang kami niatkan untuk membantu orang lain dan membanggakan keluarga juga. Meskipun cukup, kami tetap menjalankan usaha dengan suka cita. Hasilnya memang belum seberapa, tapi kami berharap suatu saat nanti usaha kami berkembang dan membawa kebermanfaatan untuk orang lain juga. Mengelola usaha sambil belajar menjadi proses yang berat juga nikmat. Sambil usaha dan bekerja, menjadikan kami melangkahkan tiga kaki ke tempat berbeda. Semoga kami kuat dan bisa bertumbuh bersama. 

 


Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung. Tambahkan komentar untuk mendukung blog ini yaa.