hanyainsani.com

Dibesarkan seperti Malika, Usaha yang Dirintis dari Awal

 

Usaha inilah yang ingin saya rintis dan kembangkan di tahun 2020. Di tulisan saya beberapa waktu yang lalu, saya pernah cerita sedikit kan di awal tahun 2020. saya memutuskan keluar dari pekerjaan. Sebenarnya tidak begitu yakin, mau dibawa kemana jalan hidup saya berikutnya.

Berangkat dari alasan ingin mengembangkan usaha katering saya. Akhirnya malah buka kedai dengan nama "sunrice kitchen".

Awalnya agak aneh juga bisa sampai kesini, karena saat itu tidak kepikiran sama sekali bakal buka kedai. Ada satu slot kosong stand food court yang bisa disewa cukup dengan biaya kurang dari 6 juta dalam setahun. Berhubung baru aja keluar, keuangan masih belum cukup. Untuk memulai usaha ini saya meminta tolong bantuan uang orangtua dan beberapa kawan.

Begitu dapat, mikirlah mau memberi nama usaha saya apa? Entah suatu hari kepikiran sunrice. Ini agak plesetan sebenernya, karena saya suka gfriend, dan title track-nya yang baru aja dirilis awal tahun itu "sunrise". Sayangnya girl group Korea Selatan kesayangan saya ini akhirnya dibubarkan di bulan Mei 2021. Baik lanjut ke resto saya, karena ingin usaha kuliner ini tetep menyediakan menu nasi, akhirnya kata "rise" diganti jadi "rice" haha. Selain itu, kata "sun" juga bisa mewakili nama saya dalam in"san"i, oke maksa emang. *bodo amat* 😂, yang penting harapan saya dimulai dari sini.

Terus berlanjutlah membuat konsep usahanya, dari awal yang benar-benar nggak jelas banget (bahkan sampai saat ini pun masih bingung). Prinsip saya yang terpenting jalan dulu. Tapi menu utama yang mau diusung ialah, masakan berbahan cumi.

Oke. Persiapan seminggu, menyiapkan gerobak soto kemudian disulap untuk stand jualan, cat ulang, mencetak banner, menu, bahkan tembok stand pun di cat ulang. Luar biasa sangat mengejar waktu berjuang membuka usaha dengan inisiasi sendiri kala iti.

H-1 sebelum buka, tubuh langsung panas, eh ternyata kelelahan. Padahal jam 05.00 sudah harus ke pasar untuk belanja cumi, itupun sendirian dan ternyata lapak pedagangnya belum pada buka. Baru dibuka jam 06.00, selama itu pula nunggu di depan teras mushola masjid (posisi lagi nggak sholat). Kondisi tubuh yang tidak baik, ditambah kepala serasa begitu berat. Tanpa sengaja tidur di depan teras masjid. Posisi ramai orang beribadah, dan saya tertidur karena begitu lelahnya. Akhirnya bangun kemudian sampai bisa berbelanja.

Tidak hanya membeli cumi, tapi kebutuhan bahan lainnya. Semuanya dilakukan sendiri untuk pertama kalinya. Rasanya gimana? Beuh menahan pingsan tapi terus dikuatkan.

Hari pertama membuka kedai tidaklah mudah. Hari-hari berikutnya harus dihadapkan berbagai kekecewaan, rasa masakan kurang pas, pembeli yang masih sepi-sepi aja, jualan lebih dari 8 jam, dan lain-lain.

Tapi mau kecewa bagaimanapun, tiap harinya selalu membuat saya bersyukur karena belajar lagi banyak hal baru. Segala percobaan dan usaha yang dilakukan, akhirnya bisa menemukan rasa-rasa yang pas untuk layak dijual, sampai menentukan target pasar yang tepat. Jumlah pembeli makin meningkat. Alhamdulillah dalam sebulan bisa juga terkumpulkan cukup uang untuk membeli kulkas. Karena selama ini seringkali membeli sedikit bahan, sebagai upaya menghindari bahan rusak dan terbuang sia-sia. Dengan adanya kulkas sangat terbantu pula efisiensi tenaga, jadi tidak perlu sering-sering berbelanja ke pasar. 

Makin semangat untu mengembangkan usaha ini, proyeksi bulan depan udah mulai rekrut part timer. Tapi alhamdulillah, tak sampai sebulan kemudian terpaksa kedai harus ditutup sementara.

Yap tepat 3 hari kemudian ketika kulkas baru datang, pemkot Solo menyatakan KLB (Kondisi Luar Biasa) efek dari merebaknya covid-19. Mahasiswa banyak yang memilih pulang kampung, masyarakat lebih banyak yang memilih masak dari rumah, sedangkan driver ojol yang ada di sekitar kompleks jualan mulai berkurang (kedai sudah terdaftar grabfood sekitar 3 minggu sblm tutup).

Lagi-lagi peristiwa lain yang membuat saya cuma bisa senyum-senyum (karena rasanya ingin menangis tapi tam bisa). Lucu ya hidup ini? Allah punya skenario unik tersendiri buat jalan hidup makhlukNya.

Sudahlah berusaha dan berencana bagaimanapun, tapi kalau Allah punya kehendak lain kita bisa apa?

Namun bagaimanapun saya tidak boleh menyerah atau pupus harapan. 2 bulan sudah saya tidak bisa mengoperasikan kedai saya lagi. Meski begitu saya akan berusaha secepatnya menjalankan kedai setelah wabah ini membaik situasinya.

Mohon semangat dan doanya yaa teman-teman 😁😁😁


*Ditulis bulan Juni 2020 

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung. Tambahkan komentar untuk mendukung blog ini yaa.