Sumber: pexels.com |
Mendengar istilah broken home, single mom, atau yatim piatu mungkin tak asing bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia ya. Padahal persoalan dalam keluarga dan pengasuhan tidak hanya itu.
Ada istilah lain yang termasuk fenomena dalam keluarga. Fenomena ini perlu jadi perhatian serius pula. Yaitu fenomena fatherless di Indonesia.
Mungkin isu fatherless tak begitu umum dikenal masyarakat, namun fenomena inilah yang menunjukkan keprihatinan pola asuh dalam keluarga.
A. Apa itu fatherless?
Fatherless atau father hunger merupakan situasi yang mengasosiasikan ketidakhadiran seorang ayah bagi anak atau keluarga. Maksudnya bagaimana?
Maksud dari ketidakhadiran ini berupa kurangnya keterikatan secara fisik maupun emosional dengan anak. Hmm kok bisa gitu ya edukers?
Nah, beberapa dari kita atau orang di sekitar mungkin merasakannya sendiri.
Mereka memiliki ayah, tapi hubungannya kurang dekat. Anak tidak merasa ada keterikatan dengan ayah.
Sosok ayah dikenal sebagai pencari nafkah. Saat di rumah tidak melibatkan dirinya dalam aktivitas bersama anak. Pokoknya segala urusan pengasuhan sepenuhnya pada ibu. Sampai apa-apa bergantung pada ibu. Relate ga sih?
Bukan tanpa alasan. Hal ini terjadi karena pandangan masyarakat mengenai tanggung jawab dalam keluarga yang dipeta-petakan.
Umumnya konsep pengasuhan anak keseluruhan diserahkan tanggung jawabnya pada ibu. Sedangkan ayah tugasnya ya mencari nafkah. Ini membuat ayah merasa sudah tuntas menjalankan kewajibannya.
Stereotip itulah yang menjadikan alasan utama mengapa banyak anak di Indonesia yang tidak merasakan sosok ayah dalam hidupnya, meski ayahnya masih ada.
Akibatnya muncul tekanan emosional pada anak, baik secara fisik maupun psikis. Fenomena ini bukan hal yang baik. Namun faktanya Indonesia menempati negara fatherless ketiga terbanyak di dunia.
Predikat tersebut tentu bukan hal yang membanggakan. Suatu ironi yang perlu segera disadari dan ditangani.
Lalu apa dampak dari fatherless di Indonesia? Bagaimana seharusnya?
B. Ayah dan Ibu Punya Peran yang Sama
Setiap anak memang berbeda karakteristik dan bakatnya, namun orang tua ialah pihak yang ikut berperan dalam berhasil atau tidaknya anak-anak mereka.
Tidak sekadar menyiapkan makanan, pakaian, tempat tinggal, akses kesehatan dan pendidikan, orang tua juga telibat dalam pengasuhan. Pola asuh sangat penting.
Hasil pengasuhan orang tua akan menentukan kepribadian atau karakter anaknya. Hal itu tak dapat dipelajari di sekolah saja. Namun, harus dan paling besar pengaruhnya dari rumah. Dari orang tua.
Pembentukan kepribadian dan karakter penting. Selain itu, pemahaman akan pengasuhan juga mengantarkan anak pada keberhasilannya di masa depan.
Keberhasilan ini berkaitan dengan pengembangan potensi, minat, dan motivasi dalam belajar hingga kemampuan memecahkan masalah. Kesemuanya itu bagian dari kecakapan hidup. Kematangan dan kecakapan hidup seseorang ini dapat diperoleh paling besar pengaruhnya dari pola asuh orang tua.
Bisa dipastikan, orang tua memainkan peran sangat-sangat penting dalam kehidupan anaknya. Setiap pikiran dan tindakan yang dilakukan orang tua, dapat menentukan dan berpengaruh pada masa depan si anak.
Ibunya adalah guru pertamanya, “al Ummu madrasah al Ula”. Sementara ayahnya adalah kepala sekolahnya, “ar Rijalu qowwamuna ala an-Nisai”
Ibu menjadi pendidik dengan mendampingi dan mengasihi. Mengajarkan banyak hal pada anak agar cerdas serta memiliki kebaikan dalam budi pekerti.
Ayah menjadi teladan. Contoh terbaik bagi anak atas perilaku, cara berpikir, dan bertindak. Nasihatnya didengar. Tindakannya diikuti.
Sosok ibu dapat mengajarkan sisi feminimnya yang mendukung pematangan emosional, kepekaan pada lingkungan sekitar berupa rasa simpati dan empati. Sifat ibu dapat disikapi anak sebagai cara mengekspresikan nilai kasih sayang terhadap sesama.
Sedangkan ayah mengajarkan anak dari sisi maskulinitasnya. Sifat ini condong pada kemampuan untuk berpikir secara logis, keberanian, mengambil keputusan, ketegasan maupun jiwa kepemimpinan. Dengan begitu, anak menerima figur utuh dari teladan yang diperolehnya.
C. Dampak Fatherless
Peran ayah dan ibu dalam mengurus anak sama-sama pentingnya. Lalu, bagaimana jika fenomena fatherless ini dirasakan anak dalam keluarganya?
Berikut dampak fatherless di Indonesia:
1. Rentan bermasalah secara mental
Masalah kesehatan mental pada anak atau remaja umumnya disebabkan kurang matangnya kedewasaan dalam berpikir dan bertindak. Anak tidak benar-benar memahami konsep nilai dan norma kehidupan bermasyarakat.
2. Konsep diri kurang dan emosional yang terganggu
Anak-anak akan merasa ditinggalkan ketika ayah mereka tidak terlibat dalam kehidupan mereka. Mereka akan berjuang menghadapi emosi mereka sendiri tanpa tahu cara menghadapinya dengan tepat. Lebih parah, akan muncul kebencian terhadap diri sendiri yang bersifat episodik.
3. Kenakalan dan kejahatan remaja
Termasuk kejahatan dengan kekerasan (85 persen remaja yang tinggal dalam keluarga fatherless). Ketika emosinalnya belum matang, saat menemui masalah anak akan akan mencari pelarian atau menghindarinya. Terkadang dengan cara cepat mengindari masalah dengan memilih jalan yang salah. Anak yang mengalami masalah mental bisa terjerumus pada penggunaan alkohol, narkoba bahkan melakukan tindak kriminalitas.
4. Masalah kesehatan fisik
Anak-anak yang mengalami fenomena fatherless melaporkan lebih banyak gejala kesehatan psikosomatis dan penyakit seperti nyeri akut dan kronis, asma, sakit kepala, dan sakit perut).
D. Agar Ayah Hadir dalam Hidup Anaknya
Penting bagi ayah untuk menjadwalkan waktu khusus dihabiskan bersama anak. Meskipun sibuk, ayah harus menentukan waktu yang pas, bukan memberikan waktu sisa.
Isilah waktu yang disediakan dengan aktivitas positif dan menyenangkan bersama anak. Bisa ditentukan oleh ayah, atau bergantian dengan meminta pendapat anak juga.
Ayah juga perlu memahami anaknya dengan mengerti minatnya. Tak hanya hadir dalam aktivitas mereka. Tapi ayah juga perlu mengetahui siapa diri anak sebagai individu yang unik, bukan sebagai wadah untuk rencana besar orang tua atau impian yang belum terwujud.
Cara mudah untuk memahami anak ialah dengan bercerita. Saat pertanyaan dan keingintahuan muncul, semakin banyak hal bisa dibagi dan saling memahami.
Melalui bercerita ayah dapat mengerti anak, begitupun anak dapat mengerti sosok ayahnya.
Selain itu, ayah juga bisa sering bertukar pikiran dengan ibu agar kedekatan dengan anak makin akrab, sehingga sosok ayah dapat hadir dalam hidup anak dengan tepat.
Penutup
Baik ayah maupun ibu berperan penting dalam pengasuhan anak. Keduanya harus memiliki kesadaran dan keinginan untuk dapat memahami perasaan anak.
Orang tua dapat memberikan dukungan positif, mampu menjadi sosok panutan, dan menjalin komunikasi yang baik dengan anak.
Dukungan dan perhatian orang tua pada anak dengan tepat, dapat membangun kepercayaan diri serta membantunya berproses menjadi manusia seutuhnya.
Ini issu besar ya, semoga makin banyak org sadar setelah baca ini ya mba
BalasHapusaamiin betul mba tantangan banget
Hapus